Go To Content
:::

Chiayi Prison, Agency of Corrections, Ministry of Justice:Back to homepage

:::

2025/7-9 Tukang Kebun Jiwa: Menemukan Kembali Ketangguhan Hidup dalam Kehijauan dan Warna

  • Publication Date :
  • Last updated:2025-09-12
  • View count:0
4選用代表自身情緒的顏色製作染布

Untuk meningkatkan penanganan kesehatan mental bagi narapidana lanjut usia, Lembaga Pemasyarakatan Chiayi, di bawah Badan Pemasyarakatan Kementerian Kehakiman, secara khusus menggabungkan terapi hortikultura serta konsep trauma-informed. Sejak 25 Juli, diadakan “Kelas Terapi Hortikultura dan Seni — Waktu Penyembuhan untuk Orang Dewasa” dalam bentuk empat kali lokakarya berkesinambungan. Program ini ditujukan bagi narapidana lanjut usia di lembaga ini yang sedang menghadapi penyakit serius seperti kanker, demensia, atau stroke. Narapidana dibimbing oleh Psikolog Konseling Zheng Xiang-Rou dari Zhehui Psychological Counseling Center, yang berpengalaman dalam terapi hortikultura dan seni, untuk menyadari pancaindra serta mempelajari konsep dasar trauma, sehingga dapat meningkatkan regulasi dan stabilitas emosi.

Peserta, dengan kondisi fisik yang semakin menua dan kerap disertai penyakit, rentan terhadap kesepian dan depresi, mudah merasa mati rasa dan hampa, sehingga daya lenting psikologis dalam menghadapi kesulitan hidup menurun dan melampaui “jendela toleransi” mereka. Jendela toleransi adalah kapasitas seseorang untuk menyesuaikan diri ketika menghadapi kesulitan. Trauma masa lalu atau kondisi lingkungan hidup serta hubungan sosial yang sedang dialami sering kali mempersempit jendela toleransi seseorang. Ruang penyesuaian diri yang terbatas akan lebih mudah membuat seseorang keluar dari jendela tersebut, lalu muncul reaksi trauma seperti fight, flight, atau freeze. Melalui proses mendekatkan diri dengan kehidupan lewat terapi hortikultura, selain merangsang berbagai pancaindra dan melatih relaksasi otot, dengan menggabungkan edukasi kesehatan mental, peserta dapat lebih mengenal diri sendiri dan meningkatkan motivasi untuk merawat diri.

Dalam kursus ini, Psikolog Zheng Xiang-Rou terlebih dahulu memperkenalkan konsep trauma-informed, lalu membimbing narapidana membuat kokedama (bola lumut) dan tanaman papan secara individu. Benang dengan berbagai warna digunakan untuk merepresentasikan emosi, dan peserta diajak merapikan perasaan masing-masing. Selanjutnya, narapidana dipandu membuat kain celup pelangi yang melambangkan suasana kelompok, guna menciptakan warna kebersamaan dan menumbuhkan rasa memiliki. Seorang narapidana yang mengalami kelumpuhan pada sisi kanan tubuh akibat stroke dengan gembira berkata: “Tidak menyangka saya masih mampu menyelesaikan lilitan tanaman ini.” Di sisi lain, psikolog mengamati bahwa ketika peserta melihat karya kain celup kelompok, mereka menatap dengan penuh perhatian dan berkata kagum: “Indah sekali, ternyata hasil karya kita lumayan bagus juga!”

Hasil kuesioner setelah kegiatan menunjukkan bahwa 80% peserta sangat merasakan pengalaman tentang apa itu “stabilitas emosi”, dan hampir 90% peserta merasa telah mempelajari strategi dasar regulasi diri. Berdasarkan pengukuran skala psikologis sebelum dan sesudah kursus, memang terlihat sebagian peserta mengalami peningkatan rasa percaya diri dan aman setelah mengikuti kegiatan.

Seiring dengan penuaan populasi di Taiwan, jumlah narapidana lanjut usia di lembaga pemasyarakatan terus bertambah. Lembaga Pemasyarakatan Chiayi akan secara aktif mendorong pelaksanaan program khusus bagi narapidana lanjut usia, guna membantu mereka menghadapi permasalahan kesehatan mental, secara bertahap memulihkan ketangguhan psikologis, membangun kemampuan merawat diri, serta menuju kesehatan mental jangka panjang.

Go Top